Kerja Online Dari Rumah

3/8/16

AKU DAN MARKETING BANK [1] – ASSSSURANSI



Saya punya pengalaman ditawari macam-macam produk pinjaman dari berbagai bank, mulai dari asuransi, kartu kredit dan lain sebagainya. Satu hal yang saya kagumi dari teknik marketing mereka adalah mereka mempunyai struktur yang teratur bagaimana caranya closing untuk segala kondisi dan latar belakang calon nasabah, disamping….. NGOTOT!!!

Salah satunya yaitu saat jaman saya kuliah beberapa tahun yang lalu. Siang hari tiba-tiba dari handphone ada panggilan masuk dari nomor antah berantah yang ternyata marketing asu-ransi All*anz yang kerjasama dengan salah satu bank dimana saya punya rekening tabungan disana.

Kring kring kring! Ada speda~ spedaku roda tiga

Bukan! Bunyi ringtone saya bukan ini. Hanya ilustrasi aja, hohoho…

Percakapannya kira-kira seperti ini. 
Ket: S = Si Tampan (Saya) | M = Mbak Marketing y̶a̶n̶g̶ ̶s̶u̶a̶r̶a̶n̶y̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶ :

M = “Assalamu'alaikum, selamat siang, dengan bapak *menyebut nama lengkap saya* ?”

S = “Wa'alaikumsalaam. Iya betul dengan saya sendiri. Ada keperluan apa ya mbak y̶a̶n̶g̶ ̶s̶u̶a̶r̶a̶n̶y̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶  ?”

M = “Iya bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶, apakah bapak benar adalah nasabah bank M cabang xxx ?”
S = “Ya betul”

M = “Iya bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶, saya dari *menyebutkan nama instansi, lupa namanya* yang merupakan produk dari asuransi All*anz berbasis syariah yang bekerjasama dengan bank M bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶, sebelumnya apakah bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶ mempunyai asuransi di tempat lain?”

“Bajigur! Marketing asuransi. Ngapain nelpon kesini!”, batin saya waktu itu. Lha iyalah ngapain juga ikut asuransi. Duit premi perbulannya darimana? Mikir ongkos kuliah besok aja udah pusing. 

Pada saat itu saya niatnya “ngerjain” si marketing ini dengan ngebiarin dia ngoceh panjang kali lebar k̶a̶l̶i̶jodo tapi endingnya saya nolak. Hemm hemm… *ketawa jahat*

S = “Hmm… saya belum punya mbak s̶u̶a̶r̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶”.

M = “Iya bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶, kebetulan saya mau menawarkan produk asuransi investasi- d̶a̶m̶e̶.̶.̶.̶ ̶d̶a̶m̶e̶.̶.̶.̶ ̶s̶e̶n̶p̶a̶i̶.̶.̶.̶  -dengan berbagai fasilitas menarik- i̶k̶e̶h̶.̶.̶.̶ ̶i̶k̶e̶h̶.̶.̶.̶ ̶k̶i̶m̶o̶c̶h̶i̶.̶.̶.̶  -keuntungannya yang didapat-  m̶o̶u̶ ̶i̶c̶h̶i̶d̶o̶ ̶k̶u̶d̶a̶s̶a̶i̶  *skip 5 menit* -dengan hanya premi ringan 500 ribu perbulan apakah bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶ tertarik dengan penawaran ini??”

APA KATAMUH…!!! 500 RIBU PERBULAN??? MARI KITA RACUNI DIA LALU HARTA WARISANNYA KITA AMBIL ALIH!! MUHAHAHAHAHA...!!! 
*zoom-in zoom-out lobang idung*

S = “Hmm saya nggak dulu deh mbak s̶u̶a̶r̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶”. (Dalam hati: “Rasain lu!”)

M = “Ooh, mungkin terlalu berat ya bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶. Bagaimana kalau dengan premi yang lebih ringan ya bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶, jadi fasilitas dan keuntungannya yang didapat-  y̶a̶m̶e̶t̶e̶.̶.̶.̶ ̶y̶a̶m̶e̶t̶e̶.̶.̶.̶ ̶y̶a̶m̶e̶t̶e̶.̶.̶.̶ *skip 3 menit* dengan premi perbulannya hanya 300 ribu, bagaimana? Mau ambil yang ini bapak g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶  ?”

*Mukegile nih, kekeuh bener jualannya*

Dan begitu terus sampai penawaran terakhir dengan premi 50ribu perbulan. Yang namanya niat tinggal niat, ternyata malah saya yang diserang balik dengan teknik marketing yang saya akui hebat karena… aku tertipu~ aku terjebak~ aku terperangkap muslihatmu~

Yap! Saya TERIMA n̶i̶k̶a̶h̶n̶y̶a̶  tawaran premi 50 ribu perbulan!!! Di saat itu si mbak marketing s̶u̶a̶r̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶ rayuannya udah maut bener kayak anak kecil minta dibelikan mainan, tapi dengan intonasi khas marketing. Yukenow lah seperti apa suara-s̶e̶k̶s̶i̶-nya! *jangan dibayangin woy!*

Lima jempol saya kasih buat si marketing! Dua jempol tangan, dua jempol kaki, jempol satu lagi minjem kucing tetangga sebelah.

Kelanjutannya, karena sistem bayar preminya autodebet rekening, jadinya cuma kena premi bulan pertama aja. Selanjutnya, bhay! Lagipula rekening bank M saya jarang dipakai, saldonya juga dibawah 50 ribu, bodo amat lah. Dan beberapa bulan kemudian ada SMS notifikasi yang isinya asu-ransi itu sudah deactivate. Alhamdulillah! Nggak dikerangkeng lagi rekening saya. Fiuh!!!

Telusur punya telusur ternyata saya menemukan alasan kenapa pada akhirnya saya menerima tawaran mbak marketing s̶u̶a̶r̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶  itu padahal sebelumnya saya sama sekali tidak berminat! Ciyus! Enelan! Apakah itu? Cekdisot!

Point Pertama: Intonasi Suara
Sudah jadi kesepakatan bersama kalau para telemarketing terlatih dengan intonasi suara yang diatur seperti robot tapi bisa menghanyutkan bak malaikat p̶e̶n̶c̶a̶b̶u̶t̶ ̶n̶y̶a̶w̶a̶. Setuju? Bungkus? Bungkus!!!

Point Kedua: Pengaruh Gender
Mungkin bukan patokan, tapi dugaan saya (ingat! Hanya dugaan!) ada suatu pakem tersendiri dimana kalau calon target closing adalah laki-laki, maka marketingnya adalah perempuan. Begitupun sebaliknya. Tapi nggak tau juga sih benernya bagaimana. Oke skip, NEXT!!!

Point Ketiga: Tidak Berkata Tidak
Di buku karangan seorang psikolog, David J. Liebermann yang berjudul “Agar Siapa Saja Mau Melakukan Apa Saja Untuk Anda”, disebutkan bahwa ada kaidah persuasi yang disebut “Hukum Timbal Balik” (resiprositas).

Intinya adalah jika seseorang berbuat baik kepada kita, kita seringkali merasa perlu membalasnya. Inilah sebabnya mengapa kita sering kali kesulitan untuk tidak membeli sesuatu di toko setelah SPG-nya pakai rok mini MENGHABISKAN BANYAK WAKTU untuk kita.

Hayoo!! Ngaku hayoo!! Saya sering nih kena kondisi begini. Hahaha…

Inilah point yang terpenting. Ternyata investasi WAKTU dan PERASAAN secara psikologis bisa mempengaruhi target yang akan di closing yang dilakukan oleh para salesman. Dimana saat kita dilayani dengan baik, kita akan merasa lebih NYAMAN ketika membalas pemberiannya (investasi) itu, dalam kasus saya yaitu membeli paket asuransi yang ditawarkan.

“Jadi gimana solusinya biar kita gak seperti itu bro?”

Solusi 1: Katakan “TIDAK” Sedini Mungkin
Jelas, ini akan memutus rantai persuasi hukum resiprositas -yang saya bicarakan diatas- sejak awal. Penerapannya bisa bermacam-macam. Untuk menghadapi telemarketing lebih mudah: langsung saja tutup telepon, kelar urusan. Kalau di mall misalnya, cukup berikan tanda “tidak” dengan tangan sambil berlalu. Simpel, tapi terkadang dalam kasus tertentu agak sulit karena kebanyakan orang akan ngerasa “gak enakan” gitu dan pasrah aja dengerin ocehan si marketing. Kita nya tinggal ngangguk-ngangguk “he eh, iya” tapi nggak ikhlas. Nggak nyaman banget deh!

“Trus gimana dong kalo kondisinya begitu?”

Solusi 2: Balikkan Hukum Resiprositas
Bahasa kerennya kalau di sepakbola itu “Counter Attack”. Langkah ini gampang-gampang-susah. Kenapa? Karena ini membutuhkan sedikit kemampuan untuk membalikkan kata-kata yang dikeluarkan oleh si marketing. Seperti yang ada pada buku David J. Liebermann diatas, tekniknya adalah: 

Ketika Anda menolak permintaan seseorang, mintalah sesuatu kepadanya, TEPAT setelah Anda berkata “TIDAK” terhadap permintaannya.

Intinya adalah, kita meminta kepada si marketing sesuatu yang PASTI dikatakan “TIDAK” juga. Jadi kita bilang “tidak”, dia juga bilang “tidak”. IMPAS!! Dan kondisi “impas” ini anehnya dapat membuat dia tidak mempermasalahkan penolakan Anda, asik kan?? Asik asikin aja lah!

Contohnya begini, teman Anda nelpon mau minjem mobil. Bisa dijawab begini:

“Waah sori, bro! Sebelumnya gue seneng nih lo nelpon gue, tapi mobilnya mau gue pake. Eh iya gue minggu depan kan keluar kota, bisa nitip kucing gue si Kitiw gak seminggu?

See? Asumsinya teman Anda itu alergi kucing misalnya. Catatan: pastikan permintaan Anda itu adalah hal yang memang tidak bisa dia penuhi.

Jahat? Emang!! Penolakan itu pada dasarnya kejam bro! Makanya kalau orang nembak trus ditolak itu rasanya kayak ada “manis-manis” k̶a̶m̶p̶r̶e̶t̶ nya gitu deh.

Jadi dengan teknik ini Anda menolak permintaannya, tapi tidak ada perasaan bersalah yang muncul dari sifat “gak enakan” Anda. Clear? Clear aja udah daripada kelamaan! Hehehe…

Last but not least, pengalaman adalah guru yang baik. Ya, karena pengalaman itu saya bisa ngambil intisari. yaitu teknik marketing yang dipakai si mbak marketing s̶u̶a̶r̶a̶ ̶s̶e̶k̶s̶i̶ itu. Hiihihi … *ketawa kunti*


#JanganLupaBersyukurHariIni

Salam,




Nb: Bagi teman-teman yang penasaran dan mau baca buku David J. Liebermann yang saya jadikan referensi diatas, bisa beli di toko buku kesayangan terdekat, p̶r̶o̶d̶u̶k̶ ̶d̶i̶j̶u̶a̶l̶ ̶t̶e̶r̶p̶i̶s̶a̶h̶,̶ ̶t̶i̶d̶a̶k̶ ̶t̶e̶r̶m̶a̶s̶u̶k̶ ̶b̶a̶t̶e̶r̶e̶. Atau saya bisa kirimkan softcopy bukunya ke email teman-teman k̶a̶l̶a̶u̶ ̶s̶a̶y̶a̶n̶y̶a̶ ̶m̶a̶u̶ ̶n̶g̶i̶r̶i̶m̶. Sekian dan terimagajih.

Buku "Agar Siapa Saja Mau Melakukan Apa Saja Untuk Anda" diterjemahkan dari "Get Anyone to Do Anything: Never Feel Powerless - with Psychological Secret to Control and Influence Every Situation" karangan David J. Liebermann, Ph. D., terbitan St. Martin's Griffin, New York tahun 2000.

2 komentar:

  1. Wah ini bang wwwwwwwwwwwwwwww
    Gampangnya sih emang tinggal tutup telpon, tapi kalo masih rada kasihan kita nya juga mesti tegas bilang engga dari awal atau tujuan dia tuh sebenarnya apa sih

    soalnya dia ilmu memaksa nya wah banget, bahkan gwe ampe curhat bahwa isi saldo gwe cuma cuma 6-7x dari potongan (atau premi) per bulan

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo dari kitanya emang harus tegas. yang susah kalo sifatnya nggak tegaan dan susah bilang "tidak", nah udah deh sasaran empuk telemarketing, hehehe...

      Delete

Mohon untuk berkomentar menggunakan IDENTITAS yang jelas. Saya tidak akan meng-approve komentar yang menggunakan identitas "Anonim" atau "Anonymous".

Semua komentar anonim tidak akan saya tampilkan lagi. Silahkan berkomentar/berdiskusi dengan santun, sopan dan mengikuti tata krama yang baik. Terimakasih