Kerja Online Dari Rumah

7/20/11

Kalau Cinta Tidak Cinta



Ini hanya sebuah kisah seorang teman. Sebut saja Kikish, namanya. Dia bercerita kalau dia sedang kangen dengan seseorang. (Aku tersenyum-senyum ketika dia bilang kalau sedang kangen. Hahaha... anak itu memang suka mengumbar kangen). "Nikmati saja kangennya, Kish!" kataku menanggapi. "Kalau nanti sudah ketemu, kan sembuh kangennya. "Tapi  yang ini beda." Beda? Beda gimana?" "Aku kangen dengan orang yang kusayangi, tapi nggak bisa kumiliki. Jadinya kan nggak ketemu (kangennya)."Ya, sudah... dinikmati saja kangennya. Toh cinta itu membebaskan." "Yah, emang enak 'makan cinta'?"

Memang ngomong lebih mudah daripada menjalaninya. Apa sih enaknnya sewaktu cinta bertepuk sebelah tangan atau bila kita tak bisa berharap terlalu banyak pada orang yang dicintai? Kadang aku juga nggak habis pikir dengan satu kata yang nggak ada habisnya itu : CINTA. Rasanya setiap hari kata cinta itu berhamburan di mana saja. Mulai dari pembicaraan di meja makan, sampai saat akan meletakkan kepala di atas bantal. Dan kadang aku juga capek ketika merenung-renungkan arti cinta itu. Apa sih cinta itu?

Terlalu banyak definisi tentang cinta. Mulai dari yang sederhana sampai yang njlimet dan membuat kening berkerut. Tetapi sepertinya permasalahan cinta hanya berlaku bagi pasangan muda-mudi. (Apa iya?) Kupikir-pikir cinta itu berarti memberi hati. Dan, memberi hati itu nggak gampang lho.! Karena memberi hati itu artinya memberi diri kita sendiri kepada orang yang kita cintai agar orang yang kita cintai menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih bahagia (dan memberi diri itu berarti  mengikis habis ego diri sendiri), Dengan begitu, mencintai berarti membebaskan.

Lalu kalau begitu, sebenarnya tidak ada masalah jika cinta kita ditolak, wong kita niatnya "memberi" dan membebaskan dia untuk menerimanya atau menolaknya, kan?  Memang, mungkin penolakan itu diikuti sakit hati. Gimana nggak sakit hati kalau segala daya dan upaya yang kita kerahkan dicuekin? Tapi bukankah dengan ditolak kita sadar bahwa pemberian atau usaha yang kita kerahkan itu berpamrih? Dan dalam kamus cinta, pamrih itu tabu. Karena kalau kita berpamrih, kita hanya mencintai diri kita sendiri.

Maka, kupikir Kikish barangkali harus banyak belajar, bahwa jika kita mencintai tidak berarti harus balik dicintai. Dan tak ada salahnya jika kangen yang ia miliki tidak dibalas kangen oleh orang yang ia cintai.  Menikmati kangen yang tak berbalas itu memang lebih banyak sakit hatinya, tetapi dengan begitu kita juga dapat merasakan kecewanya Tuhan karena kangen-Nya tidak kita balas.


Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

0 komentar:

Post a Comment

Mohon untuk berkomentar menggunakan IDENTITAS yang jelas. Saya tidak akan meng-approve komentar yang menggunakan identitas "Anonim" atau "Anonymous".

Semua komentar anonim tidak akan saya tampilkan lagi. Silahkan berkomentar/berdiskusi dengan santun, sopan dan mengikuti tata krama yang baik. Terimakasih