Di sebuah padang rumput ada tiga ekor biri-biri bersaudara. Karena musim kemarau panjang, rumput mulai mengering. Ketiga biri-biri itu bingung dan mulai merasa kuatir. Badannya mulai menjadi kurus karena kurang makan. Akhirnya, mereka berunding untuk pindah ke tempat lain. Si Sulung mengusulkan agar mereka pindah ke padang rumput lain, tetapi mereka harus menyeberangi sungai yang ada titian di atasnya.
Si Sulung menyuruh adiknya yang bungsu menyeberangi lebih dahulu. Di sungai yang juga mulai mengering airnya itu ada seekor buaya. Buaya itu kelaparan karena sudah beberapa hari tidak makan. Begitu mendengar suara tapak kaki di atas titian itu dia memasang telinganya. Timbul kegembiraan karena dia mencium bau biri-biri.
“Hei, siapa di atas itu?” katanya dengan suara besar.
“Aku,” kata si bungsu dengan suara kecil.
“Ha, engkau akan kumakan, aku lapar,” kata buaya.
“Jangan, jangan aku. Badanku kecil. Engkau tidak akan kenyang. Sebentar lagi kakakku yang lebih besar tubuhnya akan lewat. Tunggulah!” Si Bungsu dibiarkan lewat oleh buaya.
“Tap, tap, tap!” bunyi derap langkah biri-biri yang kedua di atas titiannya.
“Hei, engkau biri-biri, ya. Engkau akan kumakan karena aku lapar,” kata buaya.
“Bodoh engkau memakan aku. Aku kurang besar, sebentar lagi kakakku yang sulung akan lewat. Tubuhnya besar dan gemuk. Engkau akan kenyang memakannya.” Biri-biri yang kedua itu pun dibiarkan lalu oleh buaya.
“Dug, dag, dug!” Bunyi langkah si Sulung.
“Hei, engkau biri-biri gemuk, ya. Engkau akan kumakan. Aku lapar sekali,” kata buaya.
“Memakan aku? Lihat tandukku yang tajam, juga kukuku yang kuat! Engkau akan kutanduk dan kuinjak-injak. Berani kau melawanku? Cobalah naik!” Jawab si Sulung.
Tetapi buaya tidak peduli. Dia tidak takut kepada biri-biri itu. Dia naik titian itu, membuka mulutnya besar-besar dan akan melahap si Sulung. Si Sulung melompat, menerjang buaya dengan kukunya. Kena mata buaya. Dia kesakitan. Lalu ditanduknya perut buaya itu oleh si Sulung. Luka dan berdarah. Buaya menjerit kesakitan, lalu menjatuhkan dirinya ke air.
Si Sulung berlari-larilah ke seberang. Adik-adiknya menunggu di sana . Mereka gembira karena dapat mengalahkan buaya dan dapat menyeberang dengan selamat. Cepat-cepat mereka pergi dari sana , takut dikejar buaya lagi.
Dikutip dari Pintar Berbahasa Indonesia I Depdikbud
0 komentar:
Post a Comment
Mohon untuk berkomentar menggunakan IDENTITAS yang jelas. Saya tidak akan meng-approve komentar yang menggunakan identitas "Anonim" atau "Anonymous".
Semua komentar anonim tidak akan saya tampilkan lagi. Silahkan berkomentar/berdiskusi dengan santun, sopan dan mengikuti tata krama yang baik. Terimakasih