Kerja Online Dari Rumah

2/13/09

Mengapa Valentine Haram


Sebelum menjelaskan pandangan Islam terhadap perayaan hari Valentine, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarahnya. Dalam beberapa buku sejarah Katolik disebutkan beragam versi tentang hari Valentine. Diantaranya adalah versi yang menyebutkan, hari Valentine berasal dari kisah pendeta St.Valentine yang hidup di akhir abad ke-3 M pada zaman Raja Romawi Claudius II. Pada Februari 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine karena telah mengabaikan perintahnya. Sang Raja melihat St.Valentine menyeru masyarakat Romawi untuk memeluk agama Nasrani.



Versi kedua menjelaskan, Raja Claudius II menghukum mati St.Valentine karena berani mengadakan pernikahan di gereja secara sembunyi-sembunyi. Padahal Raja Romawi itu melarang para bujangan menikah untuk menjaga semangat patriotisme dalam peperangan. Dalam masa menunggu hari eksekusi dalam penjara, St.Valentine pun berkenalan dengan putrid seorang penjaga penjara. Kebetulan saat itu ia sedang terbaring sakit. Dan, St.Valentine pun berhasil menyembuhkannya. Perkenalan tersebut berujung tumbuhnya rasa cinta St.Valentine kepada perempuan tersebut. Menjelang waktu eksekusi, St.Valentine pun berkirim kartu kepada pujaan hatinya, dengan menuliskan di atasnya “Dari yang tulus cintanya, Valentine.”

Selain dua versi di atas, hari Valentine bersumber dari sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta pada masa penyebaran agama Nasrani. Para pemuda desa di wilayah Romawi kala itu mempraktikkan tradisi berkumpul setiap pertengahan bulan Februari untuk menulis nama-nama gadis desa dan mengundinya untuk dijadikan kekasih sepanjang tahun. Selanjutnya si pemuda berkirim karti kepada pasangannya, yang berisi ucapan, “Dengan nama tuhan ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini”. Nah, untuk kepentingan syiar agama Nasrani, para pendeta pun mengubah ‘tuhan ibu’ dengan nama pendeta Valentine dalam tradisi kawula muda Romawi tersebut.

Merujuk sejarah di atas dan fenomena terkini yang berkembang di masyarakat, maka selazimnya masyarakat Muslim mencermati hal-hal berikut:
Pertama, mengikuti tradisi pemeluk agama lain dalam perkara akidah, ibadah, syiar dan kebiasaan, sangat dilarang Rasulullah SAW. Sebagaimana termaktuh dalam hadis Rasulullah SAW, “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR at-Tirmidzi). Nah, merayakan hari Valentine juga termasuk dalam kategori yang dimaksud hadis diatas.

Kedua, menilik sejarah kemunculan hari Valentine , kita dapat merasakan adanya agenda dakwah kepada agama tertentu. Memang agenda tersebut tidak kasat mata. Namun kita dapat merasakannya.

Ketiga, fenomena terkini di kalangan kawula muda menjelaskan, semarak perayaan hari Valentine membawa misi perusakan moral generasi muda. Hal itu dapat kita tangkap dari tingkah-polah negative muda-mudi dalam merayakan hari Valentine. Diantaranya hubungan antara lawan jenis yang dilarang syariat.

Adapun jika ada yang berdalih, hari Valentine merupakan saat kita berbagi kasih sayang kepada teman dan kerabat, kita dapat mengatakan bahwa alas an tersebut terlalu lemah. Karena mengungkapkan rasa peduli, kasih dan sayang kepada teman dan kerabat tidak terbatas pada hari Valentine. Setiap saat kita dapat mewujudkan sikap perhatian, kasih dan sayang tersebut. Dan tentunya dalam batas norma agama.

Terakhir, hendaknya setiap Muslim merasa mulia dengan agamanya dan tidak merendahkan diri dengan menuruti setiap ajakan dan propaganda yang menyesatkan dalam hal akidah, agama, sosial, budaya dan lain sebagainya. Semoga Allah SWT melindungi kita dari setiap fitnah. Baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam jalan-Nya. Amin.


From: Majalah GONTOR. Edisi 1 Tahun IV. Februari 2009/ Shafar 1430

4 komentar:

  1. heran, tp masih banyak juga orang yang melakukan hal2 khusus di tanggal 14 februari (merayakan valentine)

    ReplyDelete
  2. bener banget tuh kata2.

    ngungkapin rasa sayang itu ga mesti cuma 1 hari dalam setahun.
    everyday is valentines day.. =]

    ReplyDelete

Mohon untuk berkomentar menggunakan IDENTITAS yang jelas. Saya tidak akan meng-approve komentar yang menggunakan identitas "Anonim" atau "Anonymous".

Semua komentar anonim tidak akan saya tampilkan lagi. Silahkan berkomentar/berdiskusi dengan santun, sopan dan mengikuti tata krama yang baik. Terimakasih